Having an unusual life path means.... you are not just some ordinary people chosen by Allah to walk on such path.
Kadang, mendapati ujian hidup yang tidak menyenangkan membuat kita banyak berprasangka pada Allah, dan lupa sudah betapa banyak dosa dalam sepanjang perjalanan hidup kita yang kita perbuat, sengaja maupun tidak. Kita merasa seolah tidak layak didera, atas dosa apa kita mendapat ujian yang berat? Mungkin demikian pertanyaan yang terlintas. Bukan tentang dirimu, atau dirinya, atau siapa lah di luar sana. Ini tentang aku, terutama diriku. Huhu.. hehehee...
Seperti dua sisi mata uang yang saling berlekatan, berdampingan, tak terpisahkan, kesusahan dan kesenangan hidup punya satu nama: ujian. Orang miskin mungkin melihat orang kaya itu enak, punya segala yang tidak ia punya. Bisa makan enak, tidur di kasur empuk, beli apa saja yang dia ingin tinggal tunjuk karena mereka punya uang untuk mendapatkan barang tersebut. Tapi apa iya semua orang kaya hidupnya pasti enak? Hehe... Cerita bapak saya waktu kami jalan-jalan ke toko furnitur, ada saja orang yang membeli sofa seharga 30 juta untuk rumahnya. Fungsi sih sama ya, untuk diduduki, hanya mungkin beda merk, bahan, dst yang okelah, pastinya beda dengan sofa harga ratusan ribu yang ngga terlalu empuk, mungkin juga rawan kutu, atau sudah hilang empuknya dalam beberapa bulan.... tapi persoalannya bukan di sofa itu, tapi bagaimana kita bersyukur atas keadaan kita. Punya sofa mahal tapi ambeien, susah duduk juga kan? Punya uang banyak tapi selalu merasa kurang, lihat orang yang sebenarnya tidak lebih kaya dari dia tapi bisa sering memberi, akhirnya juga iri, menganggap orang itu lebih kaya, hidupnya lebih beruntung dan lain sebagainya. Sawang sinawang, the green is always greener beyond the fence, kata ibu saya.
Karena hidup ini sejatinya hanyalah kumpulan ujian demi ujian untuk membuktikan kualitas diri seseorang. Selesai satu ujian, ia akan menghadapi ujian lain untuk naik tingkat dalam kehidupan yang tingkatan tersebut hanya Allah yang tahu. Lain lah sama anak-anak sekolahan yang jenjangnya jelas, SD enam tahun, SMP tiga tahun, SMA tiga tahun, misalnya. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, pastinya jenjang sebelumnya harus sudah dilampaui. Misal anak SD mau masuk SMP ya kudu ikut ujian SMP. Yang sudah SMP kelas satu, mau naik kelas dua ya ikut ujian. Mau percepatan kelas apalagi!! Ujiannya pasti lebih sulit dari yang jenjang reguler. Itulah juga kenapa dalam hidup ada orang yang ujian hidupnya jauh lebih berat dari orang lain. Mungkin - mungkin nih, mungkin, saya hanya menduga saja - Allah ingin naikkan dia ke derajat yang lebih tinggi, bahkan mungkin dengan percepatan.
Kesulitan hidup tidak selalu berarti hukuman dari Allah atas perbuatan manusia. Bisa iya, bisa juga tidak. Siapa yang tahu? Hanya Allah yang paling tahu. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal sesuatu itu buruk bagimu. Dan Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui (2:186). Sikap terbaik yang bisa kita lakukan sebagai hamba adalah berprasangka baik pada Allah, sebagai penulis skenario kehidupan seluruh manusia, pencipta dan penguasa alam semesta raya.
Kenapa bersyukur? Karena Allah sendiri yang menjanjikan tambahan nikmat bagi orang yang bersyukur, sesuai firman-Nya yang berbunyi, "La insyakartum, la aziidannakum". Memangnya kenapa dengan orang yang tidak bersyukur? Because haters gonna hate, my dear. Orang yang tidak bersyukur akan selalu menemukan cela dari segala sesuatu. When things are basically imperfect, of course there will always be flaws anywhere. Dikasih sehat, mengeluh ga punya duit... dikasih bokek, mengeluh ngga bisa makan enak. Dikasih rumah bagus, mengeluh jarak rumah ke kantor jauh. Dikasih rumah deket masjid, ngga berangkat jamaah ke masjid. Yah.... begitulah manusia.
Bandingkan dengan orang yang selalu berusaha mensyukuri setiap hal kecil dalam hidupnya. Even when he receives a small token from a friend, he will say thank you to that person and to Allah. Mana yang lebih indah sebenarnya? Orang yang selalu menerima keadaan dirinya hingga dia selalu bisa tersenyum bahkan saat mendapatkan musibah, atau orang yang selalu mengeluh walaupun dia sudah memiliki emas sebesar gunung Semeru misalnya?
Aku perlu belajar untuk memahami bahwa setiap hal yang terjadi terutama dalam hidupku sendiri, adalah sesuatu yang sudah diatur dengan rapi oleh ALLAH. Even the slightest thing, happens in the perfect moment. Orang beriman itu menghadapi kehidupan resepnya cuma dua, sabar dan syukur. Kalau diberi kesenangan dia bersyukur, kalau diberi kesulitan, ia bersabar. Udah. Abis itu hidup akan lebih lega menjalaninya. Karena pada dasarnya, semuanya untuk menguji kualitas hidup seseorang, apakah ia akan tinggal kelas, dan mengulang sampai entahlah kapan di sekolah kehidupan ini, ataukah itu suatu ujian khusus yang hanya bisa diikuti oleh orang-orang terpilih untuk mendapatkan predikat istimewa yang pastinya tidak diberikan pada mereka yang tidak mengikuti ujian khusus tersebut.
Yakinlah bahwa kamu tidak sendirian =)
Pastinya setiap kenaikan kelas ada ujian dari Allah
ReplyDelete