It was few days ago, in my workplace.
There's a little girl. So cute, so chubby. So young. hahaaa... ya iyalah, namanya juga anak masih PAUD. Emangnya dirimu, anak usia dewasa, hehehehe... Oke, kembali ke si gadis kecil yang lucu masya allah itu. Dia dikejar kucing kecil. Ketakutan, teriak-teriak, bikin heboh sendiri padahal sebenarnya kucingnya cuma lenggang kangkung masuk ke kantorku. Halah gaya kantor. Padahal rumah tinggal yang dipinjamkan oleh pemiliknya untuk tempat belajar ngaji. So it's basically a house with several wide rooms we use as a place to learn Qur'an. Semoga pemiliknya mendapat pahala tak terputus hingga Allah meridhoinya memiliki rumah di surga. Aamiiin...
Oke, si gadis kecil dikejar kucing yang cuma lagi masuk ke dalam rumah. Umumnya kan kucing tak dikenal itu dipanggil "pus", "meong", atau kurr, kurr... hush! Gitu kan ya? Eh si gadis kecil ini ngomongnya Miooooong... kamu kok ke sini seh Mioooong? Sana lho Miooooong....
Aku ketawa-ketawa sendiri. Iya ya, lucu juga nama 'Miong'. Agak berbau Korea dan Mandarin, wkwkwkk... Baiklah, Miong itu si kucing kecil tak dikenal yang dikasih snack jagung tidak mau makan karena terlalu besar untuk digigitnya. Si Miong yang mungil, tapi sudah harus bisa mencari makannya sendiri. Mungkin mungil badannya, tapi sudah cukup dewasa usianya dalam rentang hidup perkucingan. Aku tidak tahu, karena aku tidak mengerti dunia kucing. Pernah sekali piara kucing, entah berakhir mati atau kabur.
Pada hari itu, ketika aku pulang ke rumah, aku dapat cerita bahwa ada kucing yang melahirkan di halaman rumahku. Di dalam kardus berisi tumpukan tas koper atau buku-buku bekas. Mungkin hangat, mungkin nyaman. Aku tak tahu. Keluargaku bukan tipe orang-orang yang suka memelihara hewan. Jadilah secepatnya diatur agenda untuk memindahkan kucing-kucing tersebut ke tempat lain. Dibuang? Yah semacam itu lah. Satu induk kucing hitam putih dan empat ekor anaknya yang masih bayi. Aku tak berani mengintip ke kardus itu, takut si induk memakan anaknya, kata temanku gitu.
Hingga ternyata....
Hanya anak-anak bayi kucing itu saja yang terbuang, induknya tertinggal di rumahku karena yang diminta tolong membuangkan kucing kerepotan membawa induknya.
Disitu aku merasa perih....
Aku ibu baru. Si induk kucing juga barusan punya bayi. Mungkin empat bayi itu bukan anak-anak pertamanya. Tapi tetep aja. Jadi kucing itu tidak mudah, Jendral! Dihamilin, ditinggal gitu aja, melahirkan sendiri, membesarkan anak-anaknya sendiri. Super single kitty mom. Terus sekarang dia kudu terpisah gitu aja dari anak-anaknya... T_T
Aku ngga ngerti lagi lah. Kadang ketemu si kucing lagi berusaha cari anak-anaknya, dia cuma menatapku tajam dengan tatapan mata kucingnya itu (namanya juga kucing), tanpa bersuara, beberapa saat. Hingga kemudian mengeong pelan.. "Nyaw..." Parau, tak galau. Hanya,
"Mana anakku?"
Mameeeen.... aku ikut sedih tapi bisa berbuat apaaaaa.... *gigit kaos, ngelap ujung mata pake lengan baju*
There's a little girl. So cute, so chubby. So young. hahaaa... ya iyalah, namanya juga anak masih PAUD. Emangnya dirimu, anak usia dewasa, hehehehe... Oke, kembali ke si gadis kecil yang lucu masya allah itu. Dia dikejar kucing kecil. Ketakutan, teriak-teriak, bikin heboh sendiri padahal sebenarnya kucingnya cuma lenggang kangkung masuk ke kantorku. Halah gaya kantor. Padahal rumah tinggal yang dipinjamkan oleh pemiliknya untuk tempat belajar ngaji. So it's basically a house with several wide rooms we use as a place to learn Qur'an. Semoga pemiliknya mendapat pahala tak terputus hingga Allah meridhoinya memiliki rumah di surga. Aamiiin...
Oke, si gadis kecil dikejar kucing yang cuma lagi masuk ke dalam rumah. Umumnya kan kucing tak dikenal itu dipanggil "pus", "meong", atau kurr, kurr... hush! Gitu kan ya? Eh si gadis kecil ini ngomongnya Miooooong... kamu kok ke sini seh Mioooong? Sana lho Miooooong....
Aku ketawa-ketawa sendiri. Iya ya, lucu juga nama 'Miong'. Agak berbau Korea dan Mandarin, wkwkwkk... Baiklah, Miong itu si kucing kecil tak dikenal yang dikasih snack jagung tidak mau makan karena terlalu besar untuk digigitnya. Si Miong yang mungil, tapi sudah harus bisa mencari makannya sendiri. Mungkin mungil badannya, tapi sudah cukup dewasa usianya dalam rentang hidup perkucingan. Aku tidak tahu, karena aku tidak mengerti dunia kucing. Pernah sekali piara kucing, entah berakhir mati atau kabur.
Pada hari itu, ketika aku pulang ke rumah, aku dapat cerita bahwa ada kucing yang melahirkan di halaman rumahku. Di dalam kardus berisi tumpukan tas koper atau buku-buku bekas. Mungkin hangat, mungkin nyaman. Aku tak tahu. Keluargaku bukan tipe orang-orang yang suka memelihara hewan. Jadilah secepatnya diatur agenda untuk memindahkan kucing-kucing tersebut ke tempat lain. Dibuang? Yah semacam itu lah. Satu induk kucing hitam putih dan empat ekor anaknya yang masih bayi. Aku tak berani mengintip ke kardus itu, takut si induk memakan anaknya, kata temanku gitu.
Hingga ternyata....
Hanya anak-anak bayi kucing itu saja yang terbuang, induknya tertinggal di rumahku karena yang diminta tolong membuangkan kucing kerepotan membawa induknya.
Disitu aku merasa perih....
Aku ibu baru. Si induk kucing juga barusan punya bayi. Mungkin empat bayi itu bukan anak-anak pertamanya. Tapi tetep aja. Jadi kucing itu tidak mudah, Jendral! Dihamilin, ditinggal gitu aja, melahirkan sendiri, membesarkan anak-anaknya sendiri. Super single kitty mom. Terus sekarang dia kudu terpisah gitu aja dari anak-anaknya... T_T
Aku ngga ngerti lagi lah. Kadang ketemu si kucing lagi berusaha cari anak-anaknya, dia cuma menatapku tajam dengan tatapan mata kucingnya itu (namanya juga kucing), tanpa bersuara, beberapa saat. Hingga kemudian mengeong pelan.. "Nyaw..." Parau, tak galau. Hanya,
"Mana anakku?"
Mameeeen.... aku ikut sedih tapi bisa berbuat apaaaaa.... *gigit kaos, ngelap ujung mata pake lengan baju*
Comments
Post a Comment