Ping ku... Ku ping... Satu kepala, dua kuping, satu mulut. Belajar medengar lebih banyak daripada bicara. Katanya sih gitu. Kenyataannya orang lebih suka didengar daripada mendengar. Dan kadang diam mendengarkan tanpa komentar pedas sarkas itu tidak mudah. Seperti diriku, kemrungsung sepekan ini semenjak ditegur pak Jer akhir pekan lalu.
Argh... aku ini seperti dendam pada beliaunya. Juga satu manajer lagi yang ikut hadir di acara pemanggilan daku ke ruang pak Jer. Dan beliau diam saja. Seolah menyimak dan berpihak tidak padaku. Ah, iya lah. Kroco kau ini. Kupingku panas atas semua perkataan pak GM tentang alasanku menolak hadir ke pembinaan akhir Ramadhan. Sampai baper pengen marah-marah aku benernya. Apa daya air mata sudah mau tumpah dan aku ingin segera sembunyi sebelum benar-benar sembab di hadapan pria-pria itu.
Ternyata, tidak berakhir sampai di situ. Sepanjang perjalanan pulang, aku nyetir motor sambil berderai-derai air mata kayak di tipi-tipi. Pun ketika sampai di rumah. Masih tergambar di kepala, adegan marah-marah adu argumen yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Aku seperti menyusun skenario, kalau suatu hari momen semacam itu datang. Untuk membela diri, untuk membalas, untuk menjatuhkan. Dadaku panas sumpeeeee... rasanya tidak betah sendiri. Belajar untuk lebih banyak istighfar mungkin membantu. Astaghfirullah... T_T
Aku ini pendendam sepertinya. Nggak rela orang yang menyakiti perasaanku bisa tersenyum senang makan enak dan hidup normal itu kayak hidup ngga adil padahal ya nggak juga. Mungkin di belahan dunia mana ada orang yang berharap sama terhadapku, dan menikmati kesengsaraanku kan aku ngga tahu. Makanya aku tidak semestinya mendendam.... Apa daya memaafkan dan melupakan itu tidak mudah. Masih butuh banyak belajar. Dan ketika hari ini sekali lagi melihat dua manajer itu tiba-tiba muncul di tempat kerjaku padahal biasanya mereka ada di kantor masing-masing, satu di pusat, satu lagi di cabang yang lain. Argh... Kemrungsung.
Padahal, mungkin aku sedang dilatih-Nya untuk lebih sabar. Diam ketika berbicara tidak membuat keadaan jadi lebih baik. Menahan diri dari menyakiti orang lain, atau melontarkan kata-kata yang nantinya akan kusesali sendiri.
Argh... aku ini seperti dendam pada beliaunya. Juga satu manajer lagi yang ikut hadir di acara pemanggilan daku ke ruang pak Jer. Dan beliau diam saja. Seolah menyimak dan berpihak tidak padaku. Ah, iya lah. Kroco kau ini. Kupingku panas atas semua perkataan pak GM tentang alasanku menolak hadir ke pembinaan akhir Ramadhan. Sampai baper pengen marah-marah aku benernya. Apa daya air mata sudah mau tumpah dan aku ingin segera sembunyi sebelum benar-benar sembab di hadapan pria-pria itu.
Ternyata, tidak berakhir sampai di situ. Sepanjang perjalanan pulang, aku nyetir motor sambil berderai-derai air mata kayak di tipi-tipi. Pun ketika sampai di rumah. Masih tergambar di kepala, adegan marah-marah adu argumen yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Aku seperti menyusun skenario, kalau suatu hari momen semacam itu datang. Untuk membela diri, untuk membalas, untuk menjatuhkan. Dadaku panas sumpeeeee... rasanya tidak betah sendiri. Belajar untuk lebih banyak istighfar mungkin membantu. Astaghfirullah... T_T
Aku ini pendendam sepertinya. Nggak rela orang yang menyakiti perasaanku bisa tersenyum senang makan enak dan hidup normal itu kayak hidup ngga adil padahal ya nggak juga. Mungkin di belahan dunia mana ada orang yang berharap sama terhadapku, dan menikmati kesengsaraanku kan aku ngga tahu. Makanya aku tidak semestinya mendendam.... Apa daya memaafkan dan melupakan itu tidak mudah. Masih butuh banyak belajar. Dan ketika hari ini sekali lagi melihat dua manajer itu tiba-tiba muncul di tempat kerjaku padahal biasanya mereka ada di kantor masing-masing, satu di pusat, satu lagi di cabang yang lain. Argh... Kemrungsung.
Padahal, mungkin aku sedang dilatih-Nya untuk lebih sabar. Diam ketika berbicara tidak membuat keadaan jadi lebih baik. Menahan diri dari menyakiti orang lain, atau melontarkan kata-kata yang nantinya akan kusesali sendiri.
Suabaaarrr yo sayang qu, , Allah sedang dekat dg mu, , saatnya meraih tangan Nya sudah tiba. .
ReplyDelete