Judul opo iku, reeeek... >___<
Hehehee... Jadi gini, duluuuu jaman masi enom-enomanku dulu itu, aku kan pengen banget nih ke Jepang. Entah untuk alasan apa yang utama, mungkin sekedar euforia budaya pop Jepang, alasan belajar bahasa, dan barang-barang kecil lucu unik yang terpikir oleh orang Jepang. Seiring berjalannya waktu, aku mulai melupakan keinginan itu. Karena banyak alasan "realistis" yang... yahh... namanya juga kehidupan terus berjalan. Pastinya tidak selalu seiring sejalan dengan maksud hati.
Okelah...
Sempat terpikir dalam benakku, ngapain ngimpi ke negeri tak bertuhan macem Jepang, sementara kondisi dalam negeri lagi krisis, bela Islam, bela agamamu, pertanggungjawabanmu hingga akhirat. Kondisi pribadi: mengatur keuangan, kios pulsa kecil yang masih membutuhkan banyak pembenahan, kantor yang ajaib, rekan kerja yang sak karepe dewe, dan lain sebagainya. Hingga terpikir pikiran males, ngapain repot-repot ngimpi ke Jepang lagi? Butuh duit gede, ribet, lalala yeyeye, ini lah itu lah... udah yang ada aja diberesin, gitu.
Tapi apa salahnya coba bermimpi?
Harapan itu ada, selagi kita masih percaya dan berfokus ke arah sana. Kalau sudah diputuskan untuk tidak mengarah ke suatu tujuan lagi, selamanya tidak akan tercapai lah. Memang, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kamu "tiba-tiba" saja nyasar ke suatu tempat yang tidak pernah kamu kira sebelumnya kamu akan bisa ke sana, tapi yakinlah gregetnya akan beda dengan suatu destinasi yang sudah kamu setting, kamu harap-harap cemas, dan kamu punya tujuan jelas apa yang ingin kamu lakukan di sana. Kalau tidak ya bakal seperti sekedar mampir saja. Ngombe kopi, ilang ngantuknya, berangkat lagi.
Baiklah... Masjid Cami, Tokyo. One day, aku bakal ngajar di sana. Ketemu muslim dari berbagai belahan dunia, berbagi cerita tentang Islam, berbagi kedamaian, belajar bersama, menghafal Qur'an bersama. Tunjukkan pada Indonesia bahwa guru ngaji itu kerjaan bergengsi, yang oleh masyarakatnya sendiri dianggap remeh, taken for granted.
And again, a portrait of me living in a small, cozy and warm white apartment.... ah, so sweet dah. A sip of warm chocolate in a rainy day, perfect!
For now, I'll do whatever it takes to survive, and upgrade my tajwid skills. Finish memorizing Qur'an with flying colors, and eventually, I'll land in Japan, teaching Qur'an with proud. Aaamiiin....
Hehehee... Jadi gini, duluuuu jaman masi enom-enomanku dulu itu, aku kan pengen banget nih ke Jepang. Entah untuk alasan apa yang utama, mungkin sekedar euforia budaya pop Jepang, alasan belajar bahasa, dan barang-barang kecil lucu unik yang terpikir oleh orang Jepang. Seiring berjalannya waktu, aku mulai melupakan keinginan itu. Karena banyak alasan "realistis" yang... yahh... namanya juga kehidupan terus berjalan. Pastinya tidak selalu seiring sejalan dengan maksud hati.
Okelah...
Sempat terpikir dalam benakku, ngapain ngimpi ke negeri tak bertuhan macem Jepang, sementara kondisi dalam negeri lagi krisis, bela Islam, bela agamamu, pertanggungjawabanmu hingga akhirat. Kondisi pribadi: mengatur keuangan, kios pulsa kecil yang masih membutuhkan banyak pembenahan, kantor yang ajaib, rekan kerja yang sak karepe dewe, dan lain sebagainya. Hingga terpikir pikiran males, ngapain repot-repot ngimpi ke Jepang lagi? Butuh duit gede, ribet, lalala yeyeye, ini lah itu lah... udah yang ada aja diberesin, gitu.
Tapi apa salahnya coba bermimpi?
Harapan itu ada, selagi kita masih percaya dan berfokus ke arah sana. Kalau sudah diputuskan untuk tidak mengarah ke suatu tujuan lagi, selamanya tidak akan tercapai lah. Memang, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kamu "tiba-tiba" saja nyasar ke suatu tempat yang tidak pernah kamu kira sebelumnya kamu akan bisa ke sana, tapi yakinlah gregetnya akan beda dengan suatu destinasi yang sudah kamu setting, kamu harap-harap cemas, dan kamu punya tujuan jelas apa yang ingin kamu lakukan di sana. Kalau tidak ya bakal seperti sekedar mampir saja. Ngombe kopi, ilang ngantuknya, berangkat lagi.
Baiklah... Masjid Cami, Tokyo. One day, aku bakal ngajar di sana. Ketemu muslim dari berbagai belahan dunia, berbagi cerita tentang Islam, berbagi kedamaian, belajar bersama, menghafal Qur'an bersama. Tunjukkan pada Indonesia bahwa guru ngaji itu kerjaan bergengsi, yang oleh masyarakatnya sendiri dianggap remeh, taken for granted.
And again, a portrait of me living in a small, cozy and warm white apartment.... ah, so sweet dah. A sip of warm chocolate in a rainy day, perfect!
For now, I'll do whatever it takes to survive, and upgrade my tajwid skills. Finish memorizing Qur'an with flying colors, and eventually, I'll land in Japan, teaching Qur'an with proud. Aaamiiin....
jepang itu yg bikin aku penasaran adalah gunung fuji. di foto setiap temen yang ke jepun pasti ada latar gunung puji dengan ujung es nya, , kayak ice cream vanila raksasa hehehee. tapi sayangnya gunung canti itu katanya sering dijadikan tempat bunuh diri kaum galau jepun, , berarti pas kesana g boleh galau, ,
ReplyDeleteWkwkwkwk... Iya boleh lah gitu mba eka. Jgn galau, hahaha... Suwun komennyaaa
ReplyDelete