How good are you to laugh at yourself, Ras?
Hmm... Kayaknya, lebih sering menghina diri sendiri daripada menertawakan kekonyolan. Terutama akhir-akhir ini, ketika serangan "reflektif" atas memori masa lalu yang mendadak muncul seperti letupan-letupan pop corn.. Ah laper.
Lucu sebenarnya, buatku sendiri, kalau ingat betapa kesalnya aku, ketika ingat statusku hari ini, dan betapa aku berharap dulu ngga usah kenal itu orang. Mungkin hidupku akan lebih baik..? Tapi, kalau benar demikian, berarti anak ini ngga akan ada. Karena dia terlahir harus dengan jalan ini, dengan nasab demikian, dan kalau jalurnya berbeda, mungkin kelucuannya, ganteng dan aktifnya dia akan beda juga.
Dan aku ngga bisa boong, kalau keberadaan si kecil yang lucu ini membuatku senang, dan lelah, dan gemes, dan takjub. All in the same time...
Menerima kehadirannya, berarti menerima sepaket kenyataan yang melatarbelakanginya. Bukankah demikian, Ras? Menerima, bahwa memang jalanmu harus demikian. Bahwa kamu tidak memilih untuk menjalani ini dengan senang hati pada awalnya. Dan bagaimana pun kamu benci dengan dia, toh itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri....
I live with this thoughts, with so many different respond as time goes by. Kadang bisa positif, tersenyum dan melanjutkan kegiatan dengan baik baik saja tanpa banyak drama. Lain waktu, it feels like the end of the road and I should just scream out loud to thw world that it's not fair. Then throw it all away.
Berasa agak depresi beberapa hari lalu, seolah main hape ngga minat, drakor ngga menarik, ngaji juga berasaa beban banget. You know what happen the next day? Totally the opposite. Balik ngecek bukal*pak, sh*pee, nge-like barang ini itu, cek tabungan apa masih bisa blanja blanji. Tapi beberapa menit kemudian, merasa gerah kalau ada paket-paket berdatangan ke rumah. Sungkan sama ibu, males denger komen si adek yang juga sama sama suka belanja online. Terus, yang kemaren berasaaa sudah bertekad mau ngaji tiga juz sehari, sekarang kayak... "ya sudahlah..."
Laper, ngga langsung makan. Padahal pernah juga langsung sekian porsi dilahap sendiri.
To the very opposite, just in a short period of time. Duluuu... Teman teman mendiagnosa aku ini manis depresif, bipolar personality gitu lah.
Dan mungkin memang demikian? Atau aku hanya mengamini karena sebagian itu benar, tapi tidak sepenuhnya benar?
Hahaaa... Apapun itu, aku lebih suka deskripsi kepribadian orang bergolongan darah O yang umum disebutkan di komik golongan darah. Orang O itu romantis dan realistis pada saat yang bersamaan. Mengkhayalkan memetik bintang sebagai tanda cinta, tapi dia sendiri mengakui kalau bintang itu ngga mungkin dipetik. Ngek... Maumu apaaa.. Suka makan, sering telat, tapi selalu positif.
Life has its ups and downs, jadi mumpung sempet nulis sekaraaaang... Hehehe... Aku ketawa dulu sama diriku yahh, hahahaa.. Setelah ngambek gara gara ngga sempet nulis selama beberapa hari, sekarang ngebut nulis satu tulisan yang, entahlah apa masuk ke tema tantangan menulis hari ini. Yang jelas, satu lagi kesempatan untuk melihat ke dalam diri sendiri, tentang begitu banyak nikmat yang terlewat untuk disyukuri.
Alhamdulillaaah 'alaa kulli haal. Allah sayang sama aku lebih dari yang aku tahu...
Hmm... Kayaknya, lebih sering menghina diri sendiri daripada menertawakan kekonyolan. Terutama akhir-akhir ini, ketika serangan "reflektif" atas memori masa lalu yang mendadak muncul seperti letupan-letupan pop corn.. Ah laper.
Lucu sebenarnya, buatku sendiri, kalau ingat betapa kesalnya aku, ketika ingat statusku hari ini, dan betapa aku berharap dulu ngga usah kenal itu orang. Mungkin hidupku akan lebih baik..? Tapi, kalau benar demikian, berarti anak ini ngga akan ada. Karena dia terlahir harus dengan jalan ini, dengan nasab demikian, dan kalau jalurnya berbeda, mungkin kelucuannya, ganteng dan aktifnya dia akan beda juga.
Dan aku ngga bisa boong, kalau keberadaan si kecil yang lucu ini membuatku senang, dan lelah, dan gemes, dan takjub. All in the same time...
Menerima kehadirannya, berarti menerima sepaket kenyataan yang melatarbelakanginya. Bukankah demikian, Ras? Menerima, bahwa memang jalanmu harus demikian. Bahwa kamu tidak memilih untuk menjalani ini dengan senang hati pada awalnya. Dan bagaimana pun kamu benci dengan dia, toh itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri....
I live with this thoughts, with so many different respond as time goes by. Kadang bisa positif, tersenyum dan melanjutkan kegiatan dengan baik baik saja tanpa banyak drama. Lain waktu, it feels like the end of the road and I should just scream out loud to thw world that it's not fair. Then throw it all away.
Berasa agak depresi beberapa hari lalu, seolah main hape ngga minat, drakor ngga menarik, ngaji juga berasaa beban banget. You know what happen the next day? Totally the opposite. Balik ngecek bukal*pak, sh*pee, nge-like barang ini itu, cek tabungan apa masih bisa blanja blanji. Tapi beberapa menit kemudian, merasa gerah kalau ada paket-paket berdatangan ke rumah. Sungkan sama ibu, males denger komen si adek yang juga sama sama suka belanja online. Terus, yang kemaren berasaaa sudah bertekad mau ngaji tiga juz sehari, sekarang kayak... "ya sudahlah..."
Laper, ngga langsung makan. Padahal pernah juga langsung sekian porsi dilahap sendiri.
To the very opposite, just in a short period of time. Duluuu... Teman teman mendiagnosa aku ini manis depresif, bipolar personality gitu lah.
Dan mungkin memang demikian? Atau aku hanya mengamini karena sebagian itu benar, tapi tidak sepenuhnya benar?
Hahaaa... Apapun itu, aku lebih suka deskripsi kepribadian orang bergolongan darah O yang umum disebutkan di komik golongan darah. Orang O itu romantis dan realistis pada saat yang bersamaan. Mengkhayalkan memetik bintang sebagai tanda cinta, tapi dia sendiri mengakui kalau bintang itu ngga mungkin dipetik. Ngek... Maumu apaaa.. Suka makan, sering telat, tapi selalu positif.
Life has its ups and downs, jadi mumpung sempet nulis sekaraaaang... Hehehe... Aku ketawa dulu sama diriku yahh, hahahaa.. Setelah ngambek gara gara ngga sempet nulis selama beberapa hari, sekarang ngebut nulis satu tulisan yang, entahlah apa masuk ke tema tantangan menulis hari ini. Yang jelas, satu lagi kesempatan untuk melihat ke dalam diri sendiri, tentang begitu banyak nikmat yang terlewat untuk disyukuri.
Alhamdulillaaah 'alaa kulli haal. Allah sayang sama aku lebih dari yang aku tahu...
fatih dan regan sama² punya emak yang hampir mirip nasibnya, , semoga jadi anak yg Sholeh dan kelak berbakti pada ortu, agama, nusa dan bangsa ya naakk, , , apapun kondisi emakmu tetaplah jadi yang terbaik.
ReplyDelete#edisikomendoa
ayooo raasss cemunguuttt terus be emak² the best for fatih, , ,
pengennya juga gitu mbaaa... tapi aku masih sering senewen tiap kali mau ngaji, baru beberapa baris trus Qur'anku diambil sama Fatih. Aku ambil Qur'an lain, diminta juga. Haishhh... stok sabarku kayak cuman sebungkus nogosari. Hiks..
DeleteDirimu juga mbaaa... you're the best Regan has ever have =)