Bismillah...
Setelah membiarkan blog ini berdebu sekian lama, waktunya menyapa kembali "rumah yang sempat usang" dan meninggalkan jejak untuk pelajaran di masa depan. Seperti sebuah kapsul waktu yang ditinggalkan oleh diri kita di masa kini, sebagai pesan, kenangan, pelajaran, untuk diri kita di masa depan ketika sampai umur kita untuk sejenak menengoknya kembali.
Cerita hari ini, ah, masih pagi sih... Sedikit renungan pribadi atas kejadian beberapa hari, sedikit refleksi untuk menjalani hari-hari berikutnya. Satu lembaran baru dimulai. Satu status ngga segitu keren kusandang, tapi belum banyak yang tahu karena mulut ini alhamdulillah masih bisa menahan. Hanya satu-dua teman lama yang kuberitahu, berharap ada dukungan, harapan baru bahwa esok masih akan baik-baik saja. Kemudian tentang mengukur kekuatan diri sendiri: antara mencari rezeki dengan 'bertebaran di muka bumi', atau berdiam di rumah, antara menambah hafalan dan menjaga muroja'ah, antara keinginan bersenang-senang dengan nonton drama atas nama belajar bahasa asing yang ternyata masih jadi obsesi pribadi untuk jadi seorang Poliglot.
Then... at some points, I think that I can't please everyone. Aku punya target ini itu, sedangkan kekuatan fisik dan mentalku terbatas. Dalam arti, ada kalanya kelelahan dan kalah dengan tidur. Ada kalahnya ngga kuat nahan emosi jadinya marah-marah atau nangis-nangis. Setidaknya dengan itu semua, aku masih manusia, hamba Allah yang memang diberi itu semua, diberi emosi, keterbatasan fisik dan bukan superhero. Let alone wonderwoman, hahahhaa...
Jadi, gapapa kok Ras...
It's okay to fall down, for others to not understand you in a way you want to be understood. Gwenchanha. Ga bisa dipaksa bahwa kamu ingin begitu, kamu ingin begitu dan orang lain SEMUANYA akan berkata, "Okay, that's good, Laras! Keep up!" Paling mungkin ya mereka diam saja, mencemooh, menolak, mencibir, atau apapun yang tidak sejalan dengan keinginanmu. Tapi kan ini hidupmu. At the very least, you are the one who hold responsibility about it. Justru kalau kamu membiarkan orang lain yang mengambil keputusan atas hidupmu, dan suatu hari things doesn't go the way it should, apa iya orang-orang lain itu akan ikut bertanggung jawab atas hidupmu and solve it right away? Bisa jadi mereka masih hidup untuk membantu mencarikan solusi, atau mereka kembali lebih awal menghadap Allah, atau mereka berlepas diri.... You never know.
All you know for now, you live in the present, and you choose about things to do and not. For everything has its consequences. Kamu memilih satu hal, dan mungkin melepaskan dua hal, tapi jika satu hal itu memang kamu yakin yang terbaik bagimu untuk dijalani, lakukan. What can be so wrong about that? Life is always about choosing one thing to another.
Dalam hidup, pilihan selalu cuma ada dua: to do or not to do. Hidup, atau tidak hidup. Pergi atau tidak pergi. Ngaji atau tidak ngaji. Misalnya seperti itu, antara hal itu dan negasinya. Disederhanakan gitu aja, hehe....
Dan dulu.... aku sudah mendahulukan kuliah, les bahasa, bahkan S2, kemudian kerjaan, dan ngaji selalu jadi yg compulsory, makanya sampai sekarang hafalan nggak selesai-selesai. Buat mereka yang ngga program hafalan, bisa hafal satu atau dua juz aja mungkin tampak wow. Atau biasa aja, buat yang ngga peduli. Untuk mereka yang memang fokus menghafal, satu atau dua tahun sudah cukup untuk menyelesaikan 30 juz dengan kualitas hafalan yang baik. Jadi ketika aku menghabiskan lebih dari 10 tahun untuk menyelesaikan 30 juz... T____T aku sendiri baru sadar, sudah sekian tahun berlalu sejak aku memulai hafalan ini. Alhamdulillah, masih disibukkan dengan hafalan yang ngga hafal-hafal, ngga selesai-selesai. Alhamdulillah. Dan ini harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. With flying colors.
And if there are things need to be sacrified in order to achieve this target... hohohohoooo... kayak apa aja bahasanya. Ngga segitunya juga sih. Hanya, jangan sampai aku sendiri nyesel, seperti ketika melihat siswa-siswaku dulu yang setengah mati belajar Qur'an di usia dewasa.... Kadang aku bertanya dalam hati, sekian puluh tahun usia mereka dihabiskan untuk apa, dan kenapa baru sekarang menyibukkan diri dengan Qur'an? Tapi ngga bisa dibahas demikian juga. Yah, baiklah, untuk aku sendiri, aku ngga tahu apa aku masih punya umur sampai 30 tahun, 40 tahun, 50, 60 atau bahkan 70. Kalaupun aku masih diberi umur sepanjang itu, apa iya inderaku masih lengkap seperti sekarang, fisikku masih seperti sekarang untuk pergi ke tempat ngaji? Jangan-jangan pendengaran sudah menurun, penglihatan tak sejelas sekarang, kaki sudah semakin mudah letih, tangan tak kuat menahan beban berat terlalu lama, lidah semakin tidak jelas. Naudzubillah.
I know me, that now I get tired easily after several chores or driving just a bit far. If I got tired then I am more emotional than usual, haha... trus kalau udah gitu, katanya aku ini marah-marah ke anak... ^^; Jadi ceritanya aku dapat tawaran ngajar privat ngaji, tapi lokasinya lumayan jauh dari rumah. Awalnya ku iyakan, lalu setelah hal-hal yang tadi, aku batalkan. Ehhhh... ada yang kecewa. Hmmm..
Baiklah, jadi aku memilih untuk tidak terlalu capek, fokus hafalan dan maen sama anak, wkwkwkkw...sounds easy? Bismillah, pengeennnnnn bisa segera khatam setor hafalan, jadi sisa hidupku nanti tinggal muroja'ah sampe mati. Aaamiiiin....
wa akhiru da'wahum anilhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin
(dan penutup doa mereka adalah 'segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)
Setelah membiarkan blog ini berdebu sekian lama, waktunya menyapa kembali "rumah yang sempat usang" dan meninggalkan jejak untuk pelajaran di masa depan. Seperti sebuah kapsul waktu yang ditinggalkan oleh diri kita di masa kini, sebagai pesan, kenangan, pelajaran, untuk diri kita di masa depan ketika sampai umur kita untuk sejenak menengoknya kembali.
Cerita hari ini, ah, masih pagi sih... Sedikit renungan pribadi atas kejadian beberapa hari, sedikit refleksi untuk menjalani hari-hari berikutnya. Satu lembaran baru dimulai. Satu status ngga segitu keren kusandang, tapi belum banyak yang tahu karena mulut ini alhamdulillah masih bisa menahan. Hanya satu-dua teman lama yang kuberitahu, berharap ada dukungan, harapan baru bahwa esok masih akan baik-baik saja. Kemudian tentang mengukur kekuatan diri sendiri: antara mencari rezeki dengan 'bertebaran di muka bumi', atau berdiam di rumah, antara menambah hafalan dan menjaga muroja'ah, antara keinginan bersenang-senang dengan nonton drama atas nama belajar bahasa asing yang ternyata masih jadi obsesi pribadi untuk jadi seorang Poliglot.
Then... at some points, I think that I can't please everyone. Aku punya target ini itu, sedangkan kekuatan fisik dan mentalku terbatas. Dalam arti, ada kalanya kelelahan dan kalah dengan tidur. Ada kalahnya ngga kuat nahan emosi jadinya marah-marah atau nangis-nangis. Setidaknya dengan itu semua, aku masih manusia, hamba Allah yang memang diberi itu semua, diberi emosi, keterbatasan fisik dan bukan superhero. Let alone wonderwoman, hahahhaa...
Jadi, gapapa kok Ras...
It's okay to fall down, for others to not understand you in a way you want to be understood. Gwenchanha. Ga bisa dipaksa bahwa kamu ingin begitu, kamu ingin begitu dan orang lain SEMUANYA akan berkata, "Okay, that's good, Laras! Keep up!" Paling mungkin ya mereka diam saja, mencemooh, menolak, mencibir, atau apapun yang tidak sejalan dengan keinginanmu. Tapi kan ini hidupmu. At the very least, you are the one who hold responsibility about it. Justru kalau kamu membiarkan orang lain yang mengambil keputusan atas hidupmu, dan suatu hari things doesn't go the way it should, apa iya orang-orang lain itu akan ikut bertanggung jawab atas hidupmu and solve it right away? Bisa jadi mereka masih hidup untuk membantu mencarikan solusi, atau mereka kembali lebih awal menghadap Allah, atau mereka berlepas diri.... You never know.
All you know for now, you live in the present, and you choose about things to do and not. For everything has its consequences. Kamu memilih satu hal, dan mungkin melepaskan dua hal, tapi jika satu hal itu memang kamu yakin yang terbaik bagimu untuk dijalani, lakukan. What can be so wrong about that? Life is always about choosing one thing to another.
Dalam hidup, pilihan selalu cuma ada dua: to do or not to do. Hidup, atau tidak hidup. Pergi atau tidak pergi. Ngaji atau tidak ngaji. Misalnya seperti itu, antara hal itu dan negasinya. Disederhanakan gitu aja, hehe....
Jangan nyesel! Sekarang atau nanti? |
Dan dulu.... aku sudah mendahulukan kuliah, les bahasa, bahkan S2, kemudian kerjaan, dan ngaji selalu jadi yg compulsory, makanya sampai sekarang hafalan nggak selesai-selesai. Buat mereka yang ngga program hafalan, bisa hafal satu atau dua juz aja mungkin tampak wow. Atau biasa aja, buat yang ngga peduli. Untuk mereka yang memang fokus menghafal, satu atau dua tahun sudah cukup untuk menyelesaikan 30 juz dengan kualitas hafalan yang baik. Jadi ketika aku menghabiskan lebih dari 10 tahun untuk menyelesaikan 30 juz... T____T aku sendiri baru sadar, sudah sekian tahun berlalu sejak aku memulai hafalan ini. Alhamdulillah, masih disibukkan dengan hafalan yang ngga hafal-hafal, ngga selesai-selesai. Alhamdulillah. Dan ini harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. With flying colors.
And if there are things need to be sacrified in order to achieve this target... hohohohoooo... kayak apa aja bahasanya. Ngga segitunya juga sih. Hanya, jangan sampai aku sendiri nyesel, seperti ketika melihat siswa-siswaku dulu yang setengah mati belajar Qur'an di usia dewasa.... Kadang aku bertanya dalam hati, sekian puluh tahun usia mereka dihabiskan untuk apa, dan kenapa baru sekarang menyibukkan diri dengan Qur'an? Tapi ngga bisa dibahas demikian juga. Yah, baiklah, untuk aku sendiri, aku ngga tahu apa aku masih punya umur sampai 30 tahun, 40 tahun, 50, 60 atau bahkan 70. Kalaupun aku masih diberi umur sepanjang itu, apa iya inderaku masih lengkap seperti sekarang, fisikku masih seperti sekarang untuk pergi ke tempat ngaji? Jangan-jangan pendengaran sudah menurun, penglihatan tak sejelas sekarang, kaki sudah semakin mudah letih, tangan tak kuat menahan beban berat terlalu lama, lidah semakin tidak jelas. Naudzubillah.
I know me, that now I get tired easily after several chores or driving just a bit far. If I got tired then I am more emotional than usual, haha... trus kalau udah gitu, katanya aku ini marah-marah ke anak... ^^; Jadi ceritanya aku dapat tawaran ngajar privat ngaji, tapi lokasinya lumayan jauh dari rumah. Awalnya ku iyakan, lalu setelah hal-hal yang tadi, aku batalkan. Ehhhh... ada yang kecewa. Hmmm..
Baiklah, jadi aku memilih untuk tidak terlalu capek, fokus hafalan dan maen sama anak, wkwkwkkw...sounds easy? Bismillah, pengeennnnnn bisa segera khatam setor hafalan, jadi sisa hidupku nanti tinggal muroja'ah sampe mati. Aaamiiiin....
wa akhiru da'wahum anilhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin
(dan penutup doa mereka adalah 'segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)
Larass we are very look a like. Miriipp dengan banyak target namun akhirnya kalah dengan fisik dan waktu. Iya banget kalau harus ada yg dikorbankan untuk keinginan keinginan mulia kita. Dan aku cuma mau bilang we are born to fly. Jangan biarin keterbatasan kita jd penghalang. Cuma butuh skala prioritas dan ekstra doping. And once again dont forget those who love you unconditionally, family, dear friends and Allah. They will always feed your soul
ReplyDeleteMbak Zaaaa... many thanks sudah BW ke siniiii... ehehehe... yuk, buku kita apa kabarnya? Wkwkwkwkwk...
Delete