Secangkir Kopi di Hari Yang Dingin

*inhale.... exhale....*

Mau cerita apa hari ini, Ras?

Aha, tadinya mau berpanjang-panjang, cerita detil dari awal hari, sampai penghujung hari. Berbagai emosi yang muncul dan hikmah yang terbesit dalam hati untuk dibagi dalam tulisan ini, sebelum blog ini makin usang berdebu diabaikan pemiliknya yang sok sibuk ngatur waktu ngerjakan ini itu. Hohooooo.... setidaknya hari ini, aku belajar sesuatu, untuk tidak mengiyakan semuanya, dan menata kembali prioritas dalam kegiatan sehari-hariku. Okelah, mungkin akan ada kesempatan yang dilepas, atau tantangan baru yang dilewatkan, tapi mungkin dengan begitu kita menjaga komitmen atas hal-hal lain yang sudah dimulai lebih dulu. Tentunya hal itu lebih membutuhkan perhatian kan, bahwa ada yang harus diselesaikan sebelum memulai hal baru, atau membuat semuanya berantakan....

Hari ini, hmmmmpf...entah bagaimana awal mulanya, tapi aku menikmati sepotong sore di rumah tahfidz anak tempatku mengajar sekarang. Duduk di karpet hijau tua di ruangan ber-AC yang sejuk, mendengarkan murattal An Naba sampai Al Bayyinah dan mengikuti bacaan masayikh tersebut, sambil memperhatikan tingkah anak-anak usia 5 - 8 tahun yang mengulang hafalan mereka, sambil sesekali berusaha mencari kesempatan untuk ngobrol, memainkan kaos kaki, atau bros di jilbab mereka. Ada yang berusaha selonjoran dan tidur karena kelelahan sejak pagi sekolah dan sorenya masih pergi mengaji. Ada yang jalan-jalan ke sana kemari, Ada yang diam saja. Hehe... Lucu lucunya anak-anak ini. Begitu terlihat oleh mereka gurunya memperhatikan mereka, mereka langsung senyum-senyum sendiri.

Ah, kadang aku iri lho sama mereka. Umur belum sampe sepuluh tahun, juz 30 hampir dikuasai semua. Sepuluh tahun dari sekarang, mereka akan jadi seperti apa ya? Aku yakin akan jaaaaauh lebih baik dari aku yang sekarang.

Menikmati sore ini, dan tersadar bahwa seruwet apapun di rumah, tentang hal-hal yang tidak mampu kusampaikan secara asertif ke ibuku. Tentang aku yang masih bingung memahami kata-kata AlFatih yang masih sepotong-sepotong. Tentang godaan drama korea di Viu yang menyita waktu. Tentang hafalan Qur'anku sendiri yang masih morat-marit....

hidup ini layak dinikmati setiap detiknya dengan tersenyum, Ras. Walau ruwet kayak gimana lho, dimana lagi kamu akan mendapatkan dream job kayak gini? Dibayar untuk duduk manis menghafal Qur'an bersama calon-calon penghuni surga.

Hummmm... =) seruput seruput kopi hangat di hari yang dingin itu menyejukkan sekali. Mungkin seperti itu juga kisahku hari ini. Setelah sempat agak senewen gara-gara kartu keluarga yang tiba-tiba dicari enggak ketemu, alhamdulillaaaaah pulang ngajar sudah duduk manis di atas meja. Ibuku yang menemukannya. Masya allah, laa quwwata illaa billah.


Alhamdulillah. Bersyukur saja. Insya allah masih banyak indahnya

Hal terakhir yang tidak kalah penting hari ini. Aku kangen nulis. Tidak butuh momen spesial untuk membuat tulisan. Ceritamu hari ini pun spesial. Apapun itu. Kamu selalu bisa belajar sesuatu dari yang sudah kamu jalani, Ras. Sempatkan yah, walau hanya beberapa baris, atau sepucuk 'alhamdulillah' dan sebuah posting baru pun bisa meluncur. Sekedar untuk mengingatkanmu bahwa kamu sudah diberi kesempatan hidup satu hari lagi untuk menikmati rezeki dari Allah. Bersyukur.

Comments