Being a Night Owl: Me Time or Escapism?

Di sinilah saya, ketika ibu sudah tidur, adik saya sudah tidur (dari tadi bahkan ketika dunia masih sibuk haha hihi), dan ketika si kecil yang mungil, cerdas lucu dan soleh itu sudah terlelap kelelahan.... Menatap laptop yang akhirnya dibuka lagi setelah sekian lama, terpicu oleh iming-iming hadiah di sebuah grup motivasi menulis yang "berdebu". Mencoba menemukan kembali alasan kenapa saya ada di grup itu, mengapa masih bertahan, mengapa ingin terus ada di sana dan melanjutkan menulis, sebagai alasan utama dibentuknya grup, yaitu mengajak setiap anggotanya untuk berbagi lewat tulisan, siapa tahu jadi terkenal. Bukan tujuan utama masing-masing kami sih, tapi kalau beneran jadi bonus kan saya ikut senang. Berada sendirian di keheningan malam menjelang midnight yang, kalau di bioskop mungkin terdengar seru kali ya, nonton pilem midnite di tengah malam buta, ohooo... ah, saya di rumah saja. Rumah orang tua saya, yang malam ini begitu hening, tenang, hanya tepuk tepuk sebelah tangan menghalau nyamuk yang mencari makan. Sekilas tadi terlihat seekor tikus mencari jalannya menjelajah rumah ini. Oh, ada tikus lewat, batin saya dalam hati tanpa ingin beranjak dari kursi di depan laptop. Mungkin takut, mungkin mati gaya, tidak putnya senjata menghalau tikus yang melaju cepat di sela-sela tumpukan barang. Rumah ini terasa sesak barang, tapi saya pun sulit menghentikan diri sendiri untuk tidak belanja setiap bulannya. Ada saja yang ingin dibeli, tapi tak banyak yang berhasil dihempaskan untuk memberi ruang....


Sempit, sesak, hanya ingin bernapas lega diantara tumpukan barang tidak mudah, Laras. Seperti juga pikiran yang kalut bertumpuk satu dua hal belum selesai sudah datang topik baru menyapa, menubruk, menghela. Kamu perlu mengolahnya, mengatur satu satu supaya tetap waras menghadapi dunia. Kadang kamu memilih diam dan menggeser sedikit barang hingga bertumpuk, hanya supaya bisa duduk sejenak di pojokan pikiranmu. Kamu merasa cukup dengan itu, hingga nanti ada keajaiban yang menjemputmu dari keruwetan itu, pikirmu. Does such miracle really exist? How if you try to create your own 'magic' to make it happen? Will you dare to get out of your comfort zone?

Saya terdiam dua detik setelah menyelesaikan paragraf di atas. Berpikir, setelah ini mau menulis apa, apakah hanya sekedar memenuhi kuota dua tulisan dan tak peduli apapun itu yang tercoreng di atas lembaran maya ini nantinya? *ahem... berdehem untuk melegakan tenggorokan yang kering, kepala yang mulai pusing, tangan yang masih ingin mengetik....*

Terjaga sendirian di tengah malam ketika semua orang terlelap.... Ada sedikit bahagia, bahwa saya masih punya waktu untuk diri saya sendiri, walau itu artinya mengorbankan jam istirahat tubuh demi memuaskan keinginan pribadi yang rasanya tak bisa disempatkan jika orang lain juga berada di dimensi waktu yang sama di siang atau sore hari. No privacy, invasion, critic, or stuffs,... sometimes I don't think I can handle others saying even just one thing about things I want to do. Saya merasa selalu ada yang akan tampak salah di mata orang lain, dalam hal ini sebenarnya keluarga sendiri, yang berarti bukan 'orang lain', hanya orang yang bukan diri saya sendiri, yaitu ibu. Sosok termulia yang dengan izin-Nya menjadi jalan hadirnya saya di dunia. Sosok yang saya berharap selalu bisa diterima oleh beliau, apa adanya saya, hehe... lebay. Manusia itu egois ya, ujung-ujungnya berpikir tentang dirinya sendiri, tentang keselamatannya, kebahagiaannya, ketenangan jiwanya, tentang dirinya. Saya pun demikian. Saya tidak paham keruwetan pikiran ibu saya yang harus mengurus ini itu rumah tangga, menghadapi adik saya yang sakit dan sekarang males gerak padahal kondisinya sudah makin membaik. Mengasuh anak saya karena saya begitu inkompeten mengurus anak kecil. Ibu saya luar biasa. Bagi saya demikian. Hanya saja.... saya sering berkecil hati jika beliau mulai berkata yang menurut saya kasar, sarkas, tidak bisa saya pahami kenapa saya perlu mendapat perlakuan demikian. Iya saya paham saya banyak salah, tapi saya juga tidak tahu bagaimana menyampaikan pada beliau bahwa saya bersedia mengerjakan tugas-tugas rumah tangga asal urutan perintahnya jelas, tata caranya jelas, dan bukan sesuatu yang saya harus paham dengan sendirinya tanpa instruksi. Walau sudah sekian lama bersama, ternyata saya masih bebal juga. Dengan dalih dalam hati, bahwa setidaknya saya mengerjakan ini dan itu dan adik saya itu tidak berbuat banyak tapi malah menyusahkan saja. Apa saya bisa mengatakan demikian? Kalaupun bisa, apakah akan jadi lebih baik keadaan saya?

Saya pikir tidak juga....

Jadi yang saya akan lakukan sekarang, setelah berpikir sambil menulis dalam "night-owl-mode" malam ini adalah, saya akan berusaha untuk berbuat, entah ngaji, atau cuci piring, atau mencarikan barang yang diminta, atau menyapu, atau memanaskan makanan, atau apa lah yang bisa saya lakukan saat itu, dan karena itu semua tidak akan cukup, saya perlu terus mengingatkan diri saya bahwa yang penting saya berbuat sesuatu. Itu saja. Akan selalu ada celanya. Akan selalu bisa ditemukan ketidaksempurnaannya. Tapi itu semua tidak boleh menghalangi saya untuk membuat pembenaran untuk kabur dari rumah, hehehehe...

Just do the best you can do, so others will try harder to find the flaws. Make them try hard to do so. They will eventually find it but, don't make it too easy for them. Hehehhee....

Alhamdulillah wa syukurillah, saya harus sadar bahwa beliau masih ada di sisi saya sampai hari ini berarti Allah memberi jalan bagi saya ke surga. Beliau surga saya, dari bawah telapak kakinya, dari pintu yang tengah, maka saya harus berusaha mengamankan surga saya sendiri jika saya ingin akhirat saya baik-baik saja. Tetaplah berbuat baik karena menghardik hanya akan merugikanmu sendiri.

Bismillah, Allah sayang sama kita makanya Dia menguji. Saya akan jadi lebih kuat dari sebelumnya, untuk kepentingan saya sendiri. Saya akan tetap tersenyum karena saya tahu, Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuan mereka. Kalau saya tidak mampu, berarti saya perlu lebih banyak berdoa supaya Dia meminjamkan kekuatan-Nya pada saya.

Laa haula wa laa quwwata illaa billah.
Stay strong and positive.

Oyasumi=)

Comments